-
Mengapa memutar 'Manfaat Wilayah Adat'
Video ini dapat diputar di komunitas serta aparat pemerintah dan masyarakat umum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kepastian hak atas tanah bagi masyarakat adat, lingkungan dan masyarakat yang lebih luas.
Lama Waktu Pemutaran
9 menit
Download film disini
Usulan pertanyaan untuk diskusi setelah pemutaran
- Apa makna Wilayah Adat bagi Anda dan komunitas Anda?
- Manfaat apa yang masyarakat Anda dapatkan dari wilayah Anda dalam hal budaya, manfaat ekonomi, mata pencaharian, sumber air, dll.
- Bagaimana kepastian hak atas tanah komunitas Anda membawa manfaat bagi lingkungan dan masyarakat yang lebih luas?
- Bagaimana Anda mengelola wilayah Anda?
- Bagaimana Anda melindungi wilayah Anda?
- Bagaimana pengetahuan bahwa kepastian hak memberikan manfaat bagi komunitas, lingkungan dan masyarakat yang lebih luas membantu perjuangan Anda untuk pengakuan hak-hak Anda, termasuk hak-hak Anda atas wilayah Anda?
Usulan kegiatan tindak lanjut setelah pemutaran
- Dalam kelompok-kelompok kecil, tuliskan semua sumberdaya yang tersedia gratis di wilayah Anda dan jika ia hilang harus dibeli? Makanan, obat-obatan, bahan bangunan, bahan budaya, dll.
- Bahas atau tunjukkan pada peta: wilayah yang lebih luas yang mendapat manfaat dari wilayah Anda, misalnya di perairan yang dilindungi oleh daerah aliran sungai di wilayah Anda.
-
Dokumen
Bab 1: Konteks dan Tantangan
LifeMosaic bersama Samdhana Institute sedang melakukan serialisasi sebuah buku berjudul Kepemimpinan Akar Rumput dan Pendidikan Populer di Indonesia. Bulan ini, Bab 1: Konteks dan Tantangan akan mengulas tantangan-tantangan yang belum pernah dihadapi sebelumnya oleh masyarakat, gerakan sosial, dan ekosistem Indonesia. (The Samdhana Institute / LifeMosaic, 2015)
Kepemimpinan Akar Rumput dan Pendidikan Populer di Indonesia: Pendahuluan dan Ringkasan
Kepemimpinan Akar Rumput dan Pendidikan Populer di Indonesia adalah terbitan baru LifeMosaic bersama Samdhana Institute. Buku ini dirancang untuk mendukung gerakan-gerakan untuk perubahan sosial dan lingkungan - di Indonesia dan di seluruh dunia. Buku ini ditujukan untuk para pemimpin akar rumput, aktivis, pendidik dan pengembang gerakan di Indonesia dan di tempat-tempat lainnya, untuk siapa saja yang berpartisipasi dalam perubahan sistemik untuk mewujudkan masa depan yang lebih adil dan lestari, dengan harapan bahwa isi buku ini akan menjadi pemantik yang memercikkan energi dalam perjalanan Anda. Silakan membaca Bab Pendahuluan dan Ringkasan, bab pertama dari buku yang akan ditayangkan secara berseri. (The Samdhana Institute / LifeMosaic 2015)
Deklarasi Sungai Utik
Deklarasi Sungai Utik adalah aspirasi lebih dari 20 pemuda-pemudi adat dari Filipina dan Indonesia untuk menanggapi panggilan pulang dari leluhur dan wilayah adat mereka.
Video
Para Pemimpin Generasi Penerus (Bahasa)
Pelatihan Kepemimpinan Generasi Penerus Masyarakat Adat diselenggarakan di rumah panjang Sungai Utik (Kalimantan Barat, Indonesia) pada bulan Maret 2014 mengumpulkan lebih dari 20 pemimpin-pemimpin adat muda dari Filipina dan Indonesia termasuk para peserta dari Sungai Utik sendiri. Ini adalah film pendek tentang pelatihan itu. Bahasa: Indonesia / Inggris. (AMAN / The Samdhana Institute / LifeMosaic, 2014)
Demam: trailer (Bahasa)
LifeMosaic, bekerjasama dengan gerakan masyarakat adat, membuat film peraih penghargaan Demam. Demam adalah sebuah film dokumenter yang merupakan rangkaian 4 film pendek berdasarkan suara dan pengalaman masyarakat adat di di Ekuador, Nikaragua, Filipina dan Indonesia. Film-film pendek ini merupakan alat untuk pemberdayaan bagi komunitas masyarakat adat dan pendukungnya. Film ini sering digunakan di pelatihan, lokakarya, diskusi pemerintahan dan kebijakan serta di festival, sekolah dan perguruan tinggi. Pada saat ini film-film yang tersedia disuarakan dalam bahasa Inggris, Indonesia, Perancis, Spanyol, Filipina dan Cebuano. (LifeMosaic, 2010)
Demam: Ketahanan (Bahasa)
Memperkuat Ketahanan menggambarkan bagaimana masyarakat adat meningkatkan ketahanan mereka terhadap perubahan iklim dengan memperkuat sistem adat dan mengembangkan pendekatan baru untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. (LifeMosaic, 2010)
Hutan Kami, Hidup Kami: Cerita dari Muara Tae
Muara Tae, sebuah perkampungan yang terletak di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Bertahun-tahun kampung Muara Tae ini terkepung oleh perusahaan kelapa Sawit dan perusahaan Tambang, sayang keberadaan perusahaan tersebut tidak membuat masyarakat Muara Tae menjadi sejahtera. (Gekko Studio, 2011)
Link terkait
BeritaLingkungan.com
Beritalingkungan.com adalah situs berita lingkungan hidup pertama di Indonesia yang berfokus kepada isu lingkungan hidup dan perubahan iklim, dengan beragam rublik seperti Perubahan Iklim, Bencana, Hutan, Jelajah, Tambang, Laut, Energi, Satwa, Green Lifestyle, Pertanian dan CSR.
AMAN
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) adalah organisasi sosial independen yang terdiri dari kelompok masyarakat adat dari berbagai kepulauan Indonesia. AMAN merupakan sebuah forum perjuangan masyarakat adat untuk mempertahankan hak-hak masyarakat adat dalam politik, sosial, ekonomi, budaya dan sumberdaya melalui cara-cara yang adil dan berkelanjutan
Rumah Iklim
RumahIklim.org adalah ruang informasi mudah di akses tentang hak masyarakat adat, perubahan iklim dan REDD. Tujuan Rumahiklim.org adalah mengumpulkan informasi dalam Bahasa Indonesia, yang mampu memberikan dasar belajar bagi semua orang yang berkaitan dengan isu-isu tersebut. Situs web ini terutama ditujukan bagi masyarakat adat dan fasilitator kampung atau CO di seluruh Indonesia, tetapi Rumahiklim.org juga mempersilahkan semua orang untuk memakai layanan web ini.
-
70% dari penduduk dunia mendapat makanan dari penghasil pangan agroekologi skala kecil, yang hanya menggunakan 30% daratan dunia dan sedikit bahan dari luar (ETC, 2009). Meski demikian, mereka adalah komunitas yang paling terancam oleh perampasan lahan.
Hutan tropis yang berada di bawah perlindungan ketat pemerintah memiliki laju penggundulan hutan yang jauh lebih tinggi dibanding hutan yang dipelihara masyarakat setempat. Jika dilakukan dengan benar, manfaat pengelolaan berbasis masyarakat dapat dilihat dalam jangka panjang, yang berujung pada pelestarian yang lebih besar, partisipasi, menurunnya kemiskinan, peningkatan produktivitas ekonomi dan perlindungan banyak spesies hutan. Sebuah penelitian CIFOR membandingkan studi kasus di 16 negara dan menemukan bahwa hutan yang dilindungi pemerintah, termasuk taman nasional, mengalami penggundulan hutan enam kali lebih besar.
Banyak dari hutan, padang, badan air dan sumberdaya alam terkait dimiliki dan dikelola oleh masyarakat menggunakan lembaga adat. Sekitar dua miliar orang mengakses dan menggunakan sumber-sumber daya ini, termasuk 370 juta Masyarakat Adat di dunia (Forest Peoples Program et al, 2015: 4).
Bagi masyarakat yang mendiami lahan hutan, 'meningkatnya kepastian hak atas tanah memiliki potensi nyata untuk meningkatkan akses terhadap pangan bergizi' (IUFRO, 2015: 154).
13-20% emisi CO2 global berasal dari penggundulan hutan dan penurunan kualitas hutan. Tingkat ini akan jauh lebih besar jika masyarakat adat tidak melindungi hutan mereka. Dengan mengurangi penyusutan lingkungan secara besar-besaran, kepastian hak atas tanah masyarakat adat membantu perlindungan keanekaragaman hayati, tata kelola hutan dan keamanan iklim.
Lebih dari 40% oksigen dunia dihasilkan oleh hutan hujan.
Wilayah adat di Asia & Amerika Latin: jauh lebih efektif dalam membatasi kerusakan akibat kebakaran dibanding kawasan yang dilindungi dengan ketat seperti taman nasional. (Nelson dan Chomitz, Bank Dunia, 2011)Meksiko: Perubahan tutupan hutan di 22 hutan masyarakat lebih sedikit dibanding 60 kawasan lindung yang ada di seluruh negeri. Duran, dkk. 2005
Nikaragua: Wilayah adat lebih baik dibanding kawasan lindung di daerah Mosquitia, menggunakan beragam metode. Hayes, 2007Nepal: Berbagai penelitian lokal mendapati lebih sedikit kebakaran, kepadatan dan diameter pohon lebih tinggi, tutupan hutan yang lebih baik, dan lebih sedikit penggembalaan di hutan masyarakat. Ojha et al. 2010
Tanzania: Hutan semakin baik dalam 13 contoh hutan yang dikelola rakyat, tetapi semakin buruk di hutan pemerintah. Blomley et al. 2008
Brasil: berbagai penelitian menunjukkan wilayah adat dapat membatasi penggundulan hutan secara lebih baik daripada daerah-daerah yang dilindungi dengan ketat misalnya Soares Filho et al, PNAS, 2009 dan Nepstad et al, 2006
Kepemilikan masyarakat atas hutan + partisipasi lokal dalam penyusunan aturan = emisi karbon yang jauh lebih rendah dalam sampel 80 hutan di Afrika Timur, Asia Selatan, dan Amerika Latin. Chaatre dan Agrawal, PNAS, 2009
Masyarakat adat merupakan 4% penduduk dunia, hidup di 22% daratan bumi - dan di atas tanah tersebut terdapat 80% keanekaragaman hayati yang tersisa di planet ini (Sacred Land Film Project).
Masyarakat adat seringkali merupakan pelindung terbaik dari tanah, sumber daya dan wilayah mereka.
Ketika hak-hak masyarakat adat atas wilayah, tanah dan sumber daya mereka terjamin, hal ini juga bermanfaat bagi masyarakat luas. Masyarakat yang memiliki kepastian hak atas tanah seringkali merupakan pengelola dan pelindung hutan dan sumberdaya alam lainnya di wilayah mereka yang paling efektif.