Kelapa Sawit

  • Menyoal Kelapa Sawit

    85% dari Kelapa Sawit dunia dihasilkan di perkebunan-perkebunan di Indonesia dan Malaysia. Menurut rencana-rencana pemerintah daerah, Indonesia sendiri merencanakan perluasan perkebunan sebesar 20 juta hektar sebelum tahun 2020 – seluas gabungan dari wilayah Inggris, Belanda dan Swiss.

    Industri Kelapa Sawit menyatakan bahwa perluasan perkebunan sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan metode-metode yang digunakan ramah lingkungan sekaligus bermanfaat bagi masyarakat setempat. Namun dalam perkebunan monokultur besar hanya sedikit yang bertahan. Penggundulan hutan dan pengeringan rawa gambut untuk produksi kelapa sawit telah menjadikan Indonesia sebagai penghasil gas rumah kaca tertinggi ketiga setelah Amerika Serikat dan China. Setengah dari hilangnya habitat orangutan dalam dekade terakhir juga dikaitkan dengan perluasan perkebunan kelapa sawit. Keluarga-keluarga yang sebelumnya mandiri, yang mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dari hutan di sekitar mereka, mengeluh karena ditipu untuk menyerahkan tanah mereka dengan iming-iming pekerjaan dan kemajuan. Namun sebaliknya, mereka akhirnya terlilit hutang dan bekerja dengan upah rendah, sedangkan karunia hutan hujan diganti dengan perkebunan kelapa sawit yang monokultur.

    Harvested palm oil

    "Kami dapat menyadap pohon karet saat pagi hari, dan pukul sepuluh kami sudah selesai, santai dan bisa pulang ke rumah. Saat sore hari, kami pergi ke ladang. Dibandingkan dengan kelapa sawit, ini jauh lebih mudah. Di perkebunan kelapa sawit kami menjadi budak untuk orang kaya." 
Petani Karet, Indonesia

    "Dia bilang kalau ini adalah tanah Negara dan kami harus menyerahkannya. Ini merupakan hak Negara, bukan hak kamu. Tidak peduli apakah lahan tersebut tempat kami menanam, tempat mendirikan rumah kami, atau kami pakai untuk kebun, tanah itu adalah tanah Negara dan mereka akan mengambilnya. Mereka mengancam jika kami menolak ini, mereka akan masukkan kami ke penjara. Kami merasa tidak berdaya sebagai rakyat kecil dan takut dengan seragam hijau dan kuning, jadi kami menyerah. Tapi saya bertanya: Apa yang akan terjadi dengan kami, yang hidup disini, jika semua tanah akan dikonversi jadi perkebunan?"
    Petani Sawit, Indonesia

    "Masalahnya limbah ini mencapai 7 km dan membunuh ikan-ikan di sungai. Kami bahkan tidak dapat menggunakannya untuk mandi. Jika kami pakai airnya, kami terkena penyakit kulit, borok, dan gatal-gatal."

    Tokoh Masyarakat, Indonesia

    "Jika Anda bergabung dengan perkebunan kelapa sawit, Anda akan hidup enak dan nyaman. Anda tidak hanya bisa merokok Cakra (yang murah) tapi bisa merokok Surya (yang lebih mahal). Minum Coca-Cola tidak hanya air putih. Anak Anda bisa sekolah di Amerika. Itulah janji-janji yang mereka buat untuk menarik masyarakat yang tidak mengerti tentang perkebunan kelapa sawit yang sebenarnya."
    Pemimpin Credit Union, Indonesia

     

    Kerja kami

    Sejak tahun 2006, LifeMosaic bekerjasama dengan Friends of the Earth dan Sawit Watch mengoordinasi proyek "Dampak Perkebunan Sawit terhadap Hak-hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia".

    Kami telah membuat film komunitas berdurasi satu jam, panduan untuk fasilitator, film advokasi, dan laporan mengenai dampak perluasan kelapa sawit terhadap HAM. Sumber-sumber daya tersebut berdasarkan kesaksian dari 20 kelompok masyarakat yang terkena dampak perluasan perkebunan sawit di seluruh Indonesia. LifeMosaic mengoordinasi penyebaran film komunitas – melalui 20 mitra LSM dan dengan melatih fasilitator komunitas – kepada lebih dari seribu komunitas di Indonesia.

    Film advokasi

    Film ini berdasarkan kesaksian masyarakat adat yang terkena dampak perkebunan-perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Film ini juga menelusuri dampak perkebunan kelapa sawit terhadap kehidupan masyarakat adat dalam hal ekonomi, lingkungan, budaya, dan prospek generasi mendatang. Film tersebut telah diputar di beberapa festival, konferensi dan pertemuan di Inggris, serta beberapa kegiatan dengan lokakarya yang membahas isu keadilan lingkungan serta hak asasi manusia.

    Film untuk komunitas

    "Maju atau Mundur?" adalah film pendidikan yang dibuat bersama 20 komunitas masyarakat adat di Indonesia. Film ini berdasarkan suara-suara masyarakat adat di Indonesia yang secara langsung mengalami dampak perkebunan kelapa sawit di lahan tempat mereka hidup dan bekerja secara turun-temurun. Film ini bertujuan untuk membantu anggota masyarakat dalam perkebunan kelapa sawit atau di daerah-daerah perluasan untuk membuat keputusan-keputusan sadar tentang penggunaan tanah leluhur mereka di masa depan.

    Bagian I dari film ini berfokus pada dampak kelapa sawit, dan mencakup pengenalan dan bab-bab tentang ekonomi lokal, sistem pertanian, air, budaya, tanah dan konflik. Bagian II mencakup bab-bab tentang alternatif-alternatif yang dipelopori komunitas dan taktik-taktik komunitas untuk menerima atau menolak kelapa sawit.

    Film ini disediakan bagi masyarakat yang menghadapi perluasan kelapa sawit di daerah mereka maupun bagi LSM dan kelompok-kelompok pendukung lokal.

    Lebih dari 4.000 film komunitas telah disebarluaskan hingga saat ini, menjangkau lebih dari 1.000 desa adat. Penyebarluasan informasi dan pertemuan-pertemuan desa yang dilakukan setelahnya telah terbukti menyebabkan masyarakat menolak 50.000 hektar perkebunan, termasuk di dalamnya hutan rawa gambut dan habitat harimau Sumatera.

    Komunitas-komunitas yang lain telah melakukan negosiasi ulang perjanjian dengan perusahaan, merekrut anggota serikat-serikat petani, dan mendirikan organisasi-organisasi berbasis masyarakat untuk membela hak-hak mereka dan mencari berbagai alternatif dalam sejumlah situasi.

    Laporan

    Laporan "Losing Ground" mengacu pada kesaksian masyarakat yang dikumpulkan selama proyek ini, data Sawit Watch dan penelitian sebelumnya untuk memberikan wawasan tentang dampak sosial, ekonomi dan budaya dari perkebunan kelapa sawit. Laporan ini mengungkapkan bagaimana perusahaan kelapa sawit sering menggunakan taktik-taktik kekerasan untuk merampas tanah masyarakat adat dengan kongkalikong bersama polisi dan pihak-pihak berwenang. Kami berharap laporan ini dapat membantu pemerintah Indonesia untuk mengakui bahwa ada masalah, dan untuk meningkatkan upaya-upaya untuk melindungi hak-hak masyarakat.

    Program Radio

    Rangkaian Program Radio ‘Maju atau Mundur’ bertujuan untuk menyebarkan informasi dan menghidupkan diskusi tentang dampak perkebunan kelapa sawit terhadap komunitas lokal. Rangkaian Program ini terdiri dari tiga bagian. Bagian Satu membahas sejauh mana pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap ekonomi lokal. Bagian Dua berfokus pada pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap sungai dan budaya masyarakat lokal yang tinggal di sekitar perkebunan. Dan Bagian Tiga melihat perbedaan sistem pertanian perusahan perkebunan skala besar dibanding sistem pertanian tradisonal. Bagian ini juga membahas pengaruh sistem perkebunan yang ada pada saat ini terhadap hak-hak atas tanah masyarakat adat.


  • Suara dari Perkebunan Sawit (Bahasa)

    Suara dari Perkebunan Sawit (Bahasa)

    Film ini berdasarkan pada testimoni masyarakat adat yang terkena dampak dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Film ini juga mengeksplor dampak perkebunan kelapa sawit terhadap kehidupan ekonomi, lingkungan, budaya, dan prospek generasi mendatang dari masyarakat adat. Selama tahun ini, film tersebut telah diputar di beberapa festival, konferensi dan pertemuan di Inggris, serta beberapa event dengan workshop yang membahas isu keadilan lingkungan serta hak asasi manusia. (LifeMosaic, 2007)


    Maju atau Mundur? – Bagian 1 (Bahasa)

    Maju atau Mundur? – Bagian 1 (Bahasa)

    Maju atau Mundur? adalah film pendidikan yang dibuat dengan 20 masyarakat adat di Indonesia. Film ini berdasarkan suara masyarakat adat di Indonesia yang secara langsung mengalami dampak dari perkebunan kelapa sawit di tanah di mana mereka telah tinggal dan bekerja selama beberapa generasi. Film ini bertujuan untuk membantu anggota masyarakat dalam perkebunan kelapa sawit atau di daerah ekspansi supaya mereka membuat keputusan maklum mengenai penggunaan tanah leluhur mereka di masa depan. (LifeMosaic, 2007) Bagian I dari film ini berfokus pada dampak dari kelapa sawit dan berisi pengenalan, dan bab tentang ekonomi lokal, sistem pertanian, air, budaya, tanah dan konflik.


    Pengorganisasian Masyarakat : Maju atau Mundur Bagian 2 (Bahasa)

    Pengorganisasian Masyarakat : Maju atau Mundur Bagian 2 (Bahasa)

    Maju atau Mundur? adalah film pendidikan yang dibuat dengan 20 masyarakat adat di Indonesia. Film ini berdasarkan suara masyarakat adat di Indonesia yang secara langsung mengalami dampak dari perkebunan kelapa sawit di tanah di mana mereka telah tinggal dan bekerja selama beberapa generasi. Film ini bertujuan untuk membantu anggota masyarakat dalam perkebunan kelapa sawit atau di daerah ekspansi supaya mereka membuat keputusan maklum mengenai penggunaan tanah leluhur mereka di masa depan. (LifeMosaic, 2007) Bagian II berisi bab tentang alternatif yang dipimpin komunitas dan taktik komunitas untuk menerima atau menolak kelapa sawit.



  • Kelapa Sawit Berita

    8 Perusahaan Perkebunan Sawit Diduga Rampas Tanah Masyarakat

    Sedikitnya ada delapan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalbar diduga kuat merampas hutan dan lahan masyarakat serta berdiri diatas lahan gambut. Manager Program Perkumpulan Bantuan Hukum Kalimantan Esty Kristianti mengatakan kedelapan perusahaan perkebunankelapa sawit tersebut menyerobot lahan dan hutan milik warga setempat. Warga sudah berupaya mengadu ke pihak perusahaan namun tidak ada respon yang baik. (Nelson / Tribun Pontianak)


    7 Catatan Kritis Aktivis Lingkungan Terhadap RUU Perkelapasawitan

    Masukan-masukan kritis tentu saja menjadi bagian penting dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Masyarakat dapat memberikan masukan baik lisan maupun tertulis. (Hukumonline)


    Pembangunan Perkebunan Sawit di Papua Dinilai Menggusur Warga dari Tanah Leluhur

    Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Papua dinilai menggusur dusun-dusun penghasil sagu seperti di Nabire, Sorong, hingga Merauke (kompas.com).


    Bertahan hidup dalam kabut asap kebakaran lahan

    Dalam perjalanan kajian lapang dan lokakarya di propinsi Palangka Raya, Kalimantan Tengah pada pertengahan Oktober 2015, para ilmuwan Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) dan para mitra peneliti mendokumentasikan kondisi sehari-hari. Bagaimana kabut asap kebakaran lahan memberikan dampak kuat bagi masyarakat, satwa liar, lingkungan dan perekonomian (CIFOR).


    Tambang dan Kebun Punahkan Mata Pencaharian Warga Adat Kalimantan

    Masyarakat adat di pedalaman Kalimantan Timur terus kehilangan mata pencaharian utama sejak kehadiran pertambangan batu bara dan mineral, industri minyak dan gas, dan perkebunan sawit. (Kompas.com)


    Perusahaan Kelapa Sawit Asiatic Persada Usir Paksa Suku Anak Dalam

    Ratusan personil Tentara Nasional Indonesia dan Brigade Mobil Polri mengawal penggusuran yang dilakukan PT Asiatic Persada, anak perusahaan dari Wilmar Group terhadap warga Suku Bathin Sembilan atau yang dikenal dengan Kelompok Suku Anak Dalam 113 di Padang Salak, Desa Bungku, Kecamatan Bajubang, Batanghari, pada 7 Desember 2013 lalu. (Sirait / Mongabay)


    Tolak Sawit, Petani Banggai Ditangkapi

    Ekspansi perkebunan sawit di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng), terus meluas. Masyarakat di sana khawatir dampak lingkungan dan sosial. Tak pelak, hampir seluruh warga desa di Banggai, ramai-ramai menolak kehadiran perkebunan sawit. (Christopel Paino / Mongabay)


    Masyarakat adat blokir perusahaan sawit di Kalteng

    Lebih dari seribu anggota masyarakat adat Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah memblokir pintu masuk PT Gemareksa Mekarsari (Fahriyadi / Kontan)


    Pembakaran Hutan Riau: Perusahaan Kertas dan Kelapa Sawit Tersangka

    Tiga perusahaan kelapa sawit dan lima perusahaan kertas ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan pembakaran lahan di Riau pada Juni 2013. Korporasi yang diduga terlibat di antaranya menjadi pemasok bahan baku Asia Pulp and Paper (APP) dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). (Perkasa / Binis.com)


    Dikeluarkan dari Peta Moratorium, Sinar Mas Punya Kebun Sawit Baru di Papua

    Sebelum keluar izin pelepasan kawasan hutan, di areal konsesi GAR seluas 20 ribuan hektar di Papua ini sudah ada 500 an hektar kebun sawit. (Sapariah Saturi / Mongabay)



  • Dokumen

    Losing Ground

    Friends of The Earth, Sawit Watch dan LifeMosaic telah bekerjasama dalam proyek yang bertujuan untuk memberi informasi yang adil pada masyarakat yang terkena dampak dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia, memungkinkan mereka membuat keputusan tentang tanah dan masa depan mereka. Losing Ground mengumpulkan pengakuan-pengakuan yang dikumpulkan selama proyek ini, data dan penelitian baru Sawit Watch untuk memberikan wawasan mengenai dampak sosial, ekonomi, dan budaya dari adanya perkebunan kelapa sawit. ( Friends of The Earth / SawitWatch / LifeMosaic, 2008)

    Program Radio: Maju atau Mundur

    Rangkaian Program Radio ‘Maju atau Mundur’ bertujuan untuk menyebarkan informasi dan menghidupkan diskusi tentang dampak perkebunan kelapa sawit terhadap komunitas lokal. Rangkaian Program ini terdiri dari tiga bagian. Bagian Satu membahas sejauh mana pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap ekonomi lokal. Bagian Dua berfokus pada pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap sungai dan budaya masyarakat lokal yang tinggal di sekitar perkebunan. Dan Bagian Tiga melihat perbedaan sistem pertanian perusahan perkebunan skala besar dibanding sistem pertanian tradisonal. Bagian ini juga membahas pengaruh sistem perkebunan yang ada pada saat ini terhadap hak-hak atas tanah masyarakat adat.

    Konflik atau Mufakat?

    Penelitian ini menjabarkan kasus-kasus produsen minyak sawit yang gagal mendapat persetujuan dari masyarakat, lewat proses yang diwajibkan RSPO berdasarkan mandat PBB yang dikenal Persetujuan atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan atau Free, Prior and Informed Consent (FPIC). Temuan-temuan ini mendukung bukti-bukti perusakan karena pengembangan sawit bagi masyarakat adat dan masyarakat lokal. (FPP, Sawit Watch dan TUK Indonesia, 2013)

    Video

    Green

    Mendapatkan berbagai penghargaan. Berlangsung di Indonesia. Perkenalkan si Green (Hijau), si Orang Utan dan korban dari dampak perilaku manusia. Ikuti perjalananya yang menyedihkan; rumahnya hancur karena penebangan hutan, pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit, dan asap yang menyesakkan akibat kebakaran hutan. Mengesankan secara puitis dan tanpa perlu kata-kata, film ini secara kreatif mengambarkan efek konsumerisme pada hutan hujan tropis, seperti kita dihadapkan langsung pada tanggung jawab pribadi kita terhadap hilangnya harta dunia ini. (Patrick Rouxel, 2009)


    Link terkait

    Sawit Watch

    Sawit Watch adalah sebuah organisasi non pemerintah di Indonesia berbasis keanggotaan individu yang prihatin terhadap dampak-dampak negatif sistem perkebunan besar kelapa sawit. Sejak 1998, Sawit Watch telah terhubung lebih dari 50 mitra lokal yang menangani langsung lebih dari 40.000 kepala keluarga terkena dampak perkebunan kelapa sawit diseluruh Indonesia.

    Rumah Iklim

    RumahIklim.org adalah ruang informasi mudah di akses tentang hak masyarakat adat, perubahan iklim dan REDD. Tujuan Rumahiklim.org adalah mengumpulkan informasi dalam Bahasa Indonesia, yang mampu memberikan dasar belajar bagi semua orang yang berkaitan dengan isu-isu tersebut. Situs web ini terutama ditujukan bagi masyarakat adat dan fasilitator kampung atau CO di seluruh Indonesia, tetapi Rumahiklim.org juga mempersilahkan semua orang untuk memakai layanan web ini.



Proyek yang lain - Melihat semua proyek

© 2024 Copyright LifeMosaic
LifeMosaic adalah lembaga nir laba yang tercatat (Nomer pencatatan : SC300597) dan lembaga amal tercatat di Skolandia dengan nomer SC040573